Oleh : Farah
Mutiara Khaira |
Era saat ini adalah saatnya era serba hal yang dibasiskan secara virtual. Outlet baik dalam perdagangan atau industri lainnya yang berbasis online, diaspora perusahaan-perusahaan startup yang kurang lebih juga berdasar virtual baik dalam pembentukan maupun eksekusi. Namun fokus yang paling utama yang perlu dilakukan adalah kepada peran dari media pada saat ini dalam menyebarluaskan informasi dan memberi pencerahan mengenai baik pengetahuan mendasar maupun current affairs yang berdampak pada kehidupan individu. Moral dan nilai-nilai yang dipegang oleh seorang individu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi individu tersebut terhadap informasi yang dipaparkan dari media massa (Tamborini, 2013).
Nilai-nilai yang
dipegang individu ini berkaitan langsung dengan konsep self, tujuan dan nilai-nilai manakah yang ia paling kedepankan, dan bagaimana ia menerapkannya pada kehidupan.
Komponen nilai atau values ini dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya, dalam hal lain contohnya yang dibahas pada esai
ini diambil konsep individualisme dan kolektivisme. Individualisme dan
kolektivisme memberikan pengaruh pada beberapa komponen self seorang individu antara lain nilai-nilai yang ia pegang,
begitu juga dengan judgment dan
perilaku yang ia perlihatkan (Oyserman & Lee, 2008). Kedua konsep ini juga berhubungan
dengan bagaimana seorang individu memegang dan mengidentifikasikan diri mereka
sendiri akan pemenuhan tujuan mereka di masyarakat. Dimana individualisme
memfokuskan prioritas kepada tujuan pribadi dibandingkan tujuan kelompok dan
identifikasi diri dengan dasar atribusi personal dibandingkan identifikasi
kelompok, dan sebaliknya bagi kolektivisme (Myers, 2013).
Isu mengenai
individualisme dan kolektivisme yang patut diperhatikan seiring era yang terus
berjalan dan berkembang secara dinamis antara lain adalah, seperti yang telah
dipaparkan di paragraf pendahuluan, bagaimana pengaruhnya terhadap persepsi dan
pengartian seorang individu terhadap segala informasi dari media. Berdasarkan
studi dari sejumlah akademisi, individualisme akan berkultivasi pada
individu-individu yang lebih mengalami paparan afluensi, mobilitas, urbanisme,
dan media massa (Myers, 2013).
Contoh fenomena yang
dapat kita lihat di era ini tak lain bercabang dari dominasi media sosial dan
paparan informasi terhadap individu. Pandangan mengenai budaya individualisme
adalah kebebasan berpendapat dan mengekspresikan diri diluar dari opini atau
regulasi orang lain. Namun, dalam hal kelompok, dari rendahnya identifikasi
akan kelompok atau pakuannya pada nilai-nilai budaya asalnya membuat para
pemegang individualisme lebih berpikiran terbuka dalam menerima informasi baru
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mungkin sebelumnya ia pegang. Di lain
sisi, mereka yang lebih berpegang pada kolektivisme akan cenderung terpengaruhi
oleh belief dan identifikasi kelompok
yang mereka pegang tersebut sehingga menjadi lebih biased dalam memilih dan mencerna informasi yang bertebaran dan
dipaparkan. Dalam hal lain pemegang individualisme akan lebih menerima
informasi baru walaupun misalnya informasi tersebut bertolakbelakang dari
nilai-nilai yang telah ia pegang dari segi latar belakang budayanya, karena ia
tidak terpaku pada identifikasi terhadap kelompok budayanya tersebut.
Sebelumnya telah
dibahas mengenai meningkatnya identifikasi individualisme pada individu yang
lebih terpapar akan komponen-komponen seperti urbanisme dan media massa.
Karakteristik-karakteristik ini merupakan karakteristik dari modernitas,
terlebih lagi pada urbanisme yang meningkat seiring zaman berkembang. Oleh
karena itu, dapat diasumsikan bahwa saat ini pada generasi yang lebih tua lebih
terlihat prevalensi kolektivisme dibandingkan pada generasi yang lebih muda.
Fakta tersebut didukung oleh hasil penelitian pada partisipan
berkewarganegaraan China pada generasi yang lebih muda, urban dan
berkarakteristik modern lainnya menunjukkan bahwa mereka lebih dimungkinkan
untuk memberikan pernyataan yang lebih berfokus pada diri sendiri atau disebut self-centered (Cai & kolega, 2011).
Selain itu fenomena
ini juga dapat kita lihat dari sisi kognitif yang juga berkaitan dengan budaya,
dimana secara partikular individu-individu yang memiliki tingkat individualisme
yang tinggi akan lebih berasosiasi dengan perspektif dimana individu tersebut
akan memiliki field perspective,
sedangkan mereka dengan kolektivisme yang lebih tinggi dibandingkan
individualisme akan lebih menerapkan observer
perspective (Martin & Jones, 2012). Ekspresi diri atau self-expression seorang individu juga
berkaitan dengan komponen perspektif ini, terlebih pada media modern. Seorang
individu yang berpegang pada individualisme akan lebih memiliki fungsi dari
sebuah pilihan yang ia akan ambil, dalam hal ini pada kebebasan ekspresi diri
dan aksi dari choice ini pada hal-hal
lain seperti nilai budaya yang ia identifikasikan (Kim & Sherman, 2007).
Pada mereka yang
berpegang pada individualisme juga ditunjukkan memiliki kemungkinan lebih
tinggi untuk mengalami akulturasi pada budaya mainstream. Penerimaan akan “perjuangan” pribadi (personal struggle) dan ketidaksetaraan
sosial berhubungan tinggi dengan akulturasi pada budaya mainstream baik bagi laki-laki maupun perempuan (Zhang, Mandl &
Wang, 2011). Hal ini dapat dikaitkan dengan contoh fenomena konkrit pada saat
ini mengenai meningkatnya pandangan yang lebih bebas dari nilai dan norma yang
kurang lebih dapat dibasiskan oleh budaya yang ada dan merupakan status quo dari kelompok, dan yang
sebelumnya dianggap sebagai konformitas dan lazim. Contohnya pandangan-pandangan
yang bisa dianggap “revolusioner” seperti LGBTQ+, pandangan politik pada
generasi muda yang lebih outspoken
dan kritis, peningkatan kesadaran akan ketidaksetaraan hak-hak berdasarkan gender dan ras, dan sebagainya.
Singkat kata, budaya
individualisme dan kolektivisme pada individu ini berkecenderungan menghasilkan
perspektif dan interpretasi yang berbeda terhadap apa yang ia dapatkan dari
sekitarnya terlebih lagi dari media. Perkembangan zaman dalam media massa yang
bergerak ke arah modern dan urban, ditambah dengan platform yang semakin mudah diakses untuk individu sebagai
masyarakat, berperan penting dalam pandangan terhadap informasi-informasi yang
dipaparkan dari media ini. Contoh konkritnya adalah gerakan-gerakan yang memerangi
ketidaksetaraan sosial, peningkatan kesadaran akan hak-hak terutama dalam basis
gender dan ras, bertingkatnya juga
derajat opini yang diekspresikan secara langsung yang didukung baik oleh penguatan
individualisme dan juga akses terhadap serah-terima opini dan informasi melalui
media. Keterbukaan individu terhadap informasi-informasi ini juga terpengaruh
dari pegangan individualisme atau kolektivisme yang individu tersebut miliki, dengan
contoh terdapat suatu “paradoks” pada individualisme yaitu ia walaupun lebih
menempatkan tinggi nilai-nilai dan opini pribadi yang ia pegang namun terdapat
juga keterbukaan terhadap informasi-informasi yang sebenarnya bertentangan
dengan nilai-nilai dari kelompok budaya tempat ia berasal dikarenakan rendahnya
identifikasi terhadap kelompok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Cai, S., Kwan, V. S. Y., & Sedikides, C. (2011). A Sociocultural Approach to Narcissism: The
Case of Modern China. European Journal of
Personality, 26, 5, 529-535. doi: 10.1002/per.852
Kim, H. S. & Sherman, D. K.
(2007). “Express Yourself”: Culture and the Effect of Self-Expression on Choice.
Journal of Personality and Social
Psychology, 92, 1, 1-11. doi: 10.1037/0022-3514.92.1.1
Martin, M. & Jones, G. V.
(2012). Individualism and the field viewpoint: Cultural influences on memory
perspective. Consciousness and Cognition,
21, 1498-1503. doi: 10.1016/j.concog.2012.04.009
Myers, D. G. (2013). Social
Psychology, 11th Edition. New York, NY: McGraw-Hill.
Oyserman, D. & Lee, S. W. S. (2008). Does Culture
Influence What and How We Think? Effects of Priming Individualism and
Collectivism. Psychological Bulletin.
134, 2, 311-342.
doi: 10.1037/0033-2909.134.2.311
Tamborini, R. C. (2013). Media and the Moral Mind. New York, NY: Routledge.
Zhang, J., Mandl, H., & Wang E. (2011). The effect of
vertical–horizontal individualism–collectivism on acculturation and the
moderating role of gender. International
Journal of Cultural Relations, 35, 124-134. doi: 10.1016/j.ijintrel.2010.09.004
0 komentar :
Posting Komentar